Demi Kepuasan,Dan Bertahan Hidup
Entah apa yang membuatku tergila-gila kedalam permainan seks Tommy. Hampir setiap langkah aku selalu ingin berada di dekatnya. Bisikan, ciuman, rabaan, dan keperkasaannya di ranjang, selalu membuatku ingin terus mengulanginya, sampai diriku benar-benar puas, bermandikan keringat dan melayang-layang diatas segala kenikmatan duniawi.
Aku sendiri heran, mengapa hanya dengan Tommy saja diriku bisa terpuaskan. Terus terang sebagai wanita berusia 24 tahun, tingkat kebutuhan seksualku terbilang tinggi. Jika sampai dua hari saja aku tidak melakukan hubungan seks, aku seperti orang linglung, pucat, dan tanpa gairah.
Kalau sudah begini, biasanya aku selalu melakukan masturbasi dengan alat bantu penis buatan yang terbuat dari karet yang dapat bergerak-gerak. Meski punya nafsu gila-gilaan, aku ogah disebut maniak seks.
Firman, suamiku sendiri, tak mampu melayani kehausanku tersebut. Dia hanya mampu bertahan hingga 'ronde' kedua saja, setelah itu batang penisnya sudah tidak akan mampu lagi untuk 'bertarung', sementara itu aku masih mengharapkan permainan seks ini berlanjut ke 'ronde' empat atau lima, untuk mencapai puncak orgasme yang kuidam-idamkan.
Maka, sejak hubunganku dengan suami tidak harmonis, kugunakan saja kesempatan ini untuk 'melanglang buana'. Mencari jati diri dengan melampiaskan seluruh keinginan seksualku. Sebenarnya aku tidak ingin melakukan semua ini, karena buah perkawinan kami telah menghasilkan seorang putri. Namun, aku telanjur tergelincir ke dalam permainan seks for fun dengan seorang pria yang usianya tak jauh berbeda denganku.
Dialah Tommy, salah seorang kenalanku. Mulanya hubungan kami biasa-biasa saja. Namun gaya bicaranya yang 'khas' sangat mengundang simpatiku. Apalagi senyumnya yang mempesona. Sungguh, Tommy sangat mengundang nafsu birahiku. Lama-kelamaan aku semakin mengaguminya. Tanpa sadar aku telah terseret kedalam pesona birahinya.
Cerita itu berawal dari kondisi di mana aku sedang dililit masalah di kantorku. Aku menelepon Tommy untuk meminta pertolongannya. Dengan segala kebaikannya akhirnya dia bersedia datang dan membantuku mencari jalan keluar terhadap masalah-masalah yang sedang melilitku, setelah persoalannya beres, dia menawarkan kepadaku untuk diantarkan pulang.
Entah setan mana yang menggoda dan merasuki jiwaku, tiba-tiba saja aku tergoda dengan penampilan Tommy yang sederhana. Kulitnya yang coklat pekat tiba-tiba saja mengundang gairahku. Saat-saat seperti ini tentu aku tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berduaan dengannya.
Ketika kuajukan tawaran untuk bermalam di sebuah hotel, ternyata dia tidak menolak. Di sinilah awal perselingkuhanku dengannya, di hotel PIN kamar 214. Sesaat setelah masuk kamar, kami berdiam saja. Aku masih menunggunya untuk memulai permainan. Karena dia masih malu-malu, akhirnya aku menggodanya dengan menyuruhnya membuka resluiting bajuku. Selanjutnya kurebahkan tubuhku kepangkuannya, dan kucium lembut jari-jemarinya tangannya. Aroma tubuhnya spontan membuat gairahku bergelora.
Mengetahui aku mulai beraksi, Tommy bereaksi dengan membalas kecupanku, dengan memberikan sentuhan-sentuhan lembut di dadaku, sekali-kali dia juga mengecup leherku. Tommy saat itu masih mengenakan pakaian lengkap, segera kubuka ritsluiting celananya. Serentak dengan itu tanganku meraih batang penis yang tersembunyi dibalik celana dalamnya dan kuraih aku melumatnya batangan penis Tommy dengan mulutku.
Tommy pun tidak mau kalah, semakin waktu berpacu, semakin jantung kami berpacu kencang, tetes-tetes keringat kenikmatan mulai mengucur dari tubuh kami berdua, kunikmati sepenuhnya kelembutan kecupan Tommy yang semakin menjarah ke seluruh bagian-bagian tubuhku, hingga tak tersisa di bagian-bagian sensitif yang tersembunyi sekalipun.
Aku bagai diawang-awang. Tubuhku yang kini telah bugil seluruhnya dilahapnya dengan habis, hingga aku merasa sangat puas. Bahkan malam itu aku mencapai puncak orgasme sampai empat kali. 'Malam pertama'ku dengan Tommy tentu saja sangat mengesankan bagiku. Setelah itu aku, pikiranku seolah tak pernah lepas dari bayangan keperkasaanya yang telah merontokkan seluruh persendianku. Hingga akhirnya semua kegiatan menjadi kacau. Tanpa penyesalan, kucampakkan begitu saja lelaki yang tak pernah memberiku kepuasan puncak ini.
Pada minggu berikutnya, kutelepon Tommy untuk menjemputku pergi. Hari itu aku dan Tommy kembali 'bertarung sengit' di sebuah villa di Trawas, Mojokerto. Di kamar, aku yang berbusana seksi, ternyata langsung menarik perhatian Tommy, dia langsung mendekapku dengan erat, serta dengan cepat menanggalkan seluruh busana yang kukenakan sampai tak tersisa di tubuhku. Tanpa sepatah katapun, dia sudah langsung 'menyantapku' dengan panasnya.
Sebenarnya aku bermaksud melepaskan diri untuk menggodanya, tetapi lumatan bibirnya membuatku menggeliat hebat. Aku dibuatnya tidak berdaya dan pasrah menerima kenikmatan-kenikmatan yang diberikan dari tubuhnya.
Saat berbalik, aku menindih tubuhnya, serta membalas lumatan-lumatan bibirnya. Kini giliranku untuk mempermainkan seluruh bagian-bagian tubuh Tommy yang sensitif, terutama di bagian batang penis Tommy yang begitu kugila-gilai dengan menggunakan lidahku. Aroma tubuh Tommy semakin membuat daya fantasiku mengembang dan mengobrakan seluruh gairah-gairah yang ada di dalam tubuhku.
Kuambil sebotol minuman dan kutuangkan perlahan-lahan di tubuh Tommy, lalu kuhisap kembali hingga kering. Tommy menyeringai, tangannya meremas-remas payudaraku, semakin kencang remasan-remasan tangannya, semakin kencang juga kulumat bibirnya.
Fantasi demi fantasi terus berkembang, begitu juga variasi demi variasi posisi kami lakukan untuk mencari kenikmatan-kenikmatan seks yang maksimal. Hal tersebut membuat aku dan Tommy seperti kerasukan, sehingga kami tidak bisa menghitung lagi berapa kali kami telah mencapai puncak-puncak orgasme malam itu, entah tujuh atau delapan kali aku mencapai klimaks, sampai akhirnya kami lemas setelah tubuh kami tidak punya kekuatan lagi untuk menopang berat tubuh kami masing-masing.
Kegilaanku atas permainan seks Tommy semakin membuatku tidak tahu waktu. Mamaku sangat jengkel atas kelakuanku ini, yang melupakan pekerjaan dan mengurus anak kami. Saking jengkelnya mamaku akhirnya mengusirku dari rumah. Setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk tinggal serumah dengan Tommy. Disaat begini, hampir setiap hari waktuku tidak pernah beranjak dari kamar.
Dengan sabar kutunggu Tommy hingga pulang kerja, dan kulayani Tommy bagaikan suamiku. Kalau sebelumnya aku tidak pernah mencuci celana dalam suamiku, kini aku rela mencuci celana dalamnya. Namun akhirnya hubunganku dengan Tommy menjadi retak, lantaran aku tidak mampu mengatasi rasa kecemburuanku yang berlebihan. Sampai-sampai aku tidak rela Tommy keluar malam meskipun untuk kerja.
Setiap Tommy lembur kerja, pikiranku selalu gelisah. Aku sering marah-marah, jika Tommy terlambat pulang. Maklum, Tommy orangnya mudah terpengaruh. Dan kutahu dia banyak mendapat godaan dari teman-teman wanita sekerjanya.
Semakin kusayang akhirnya aku lepas kontrol untuk tidak dapat menahan amarahku. Kekesalanku ini membuat Tommy menjadi marah besar, dan akhirnya dia memutuskan untuk berpisah dariku. Meskipun telah diputuskannya, sekali-kali aku masih meminta 'jatah' kepadanya. Sejak itu aku sering bergonta-ganti pacar untuk meredam gairah seksualku, aku akan meninggalkan begitu saja pacar yang kuanggap tidak 'macho' di ranjang, dan akan mencari pacar baru yang kuharapkan mempunyai kemampuan setara dengan Tommy atau bahkan kuharapkan lebih hebat dari Tommy. Hingga kini meskipun aku telah bergandengan dengan pacarku, jika Tommy menghubungiku maka aku sampai saat ini tetap tak kuasa untuk menolak untuk bermain cinta dengannya, Tommy bagiku masih merupakan sosok pria yang benar-benar luar biasa.
Cukup Sekian....
Demi Kepuasan,Dan Bertahan Hidup
Reviewed by togeltop
on
06.41
Rating:
Tidak ada komentar: